JAKARTA, - Kue Putu atau Puthu ialah suatu kue klasik dan jajanan yang cukup ternkenal di Indonesia. Kue ini disukai karena kira-kira yang gurih. Bubuk biji-bijian dan kelapa serta gula merah yang lumer dari dalam menambah nikmat makanan yang bisa Anda kenali dengan mudah karena preskripsi khusus bunyi penjualnya.
Melainkan bahannya kelihatan Indonesia Benarbenar, melainkan nyata kue Putu bukanlah suatu kue yang asli berawal dari Indonesia. Dari bukti-bukti sejarah yang ada, kue ini merupakan datang bersama dengan seluruh imigran yang mancapai Nusantara di abad Prasaja. Melainkan Putu yang kita kenal sekarang dan Putu asli dari negara asalnya sepatutnya tidak memiliki ragam yang terlalui signifikan lho! Penasaran bagaimanakah sejarah kue putu di Indonesia?
Kue yang memanfaatkan kelapa dan abuk padi ini memiliki sejarah yang panjang
Terbuat dari abu Padi, kelapa parut dan isian gula merah, Putu memang disukai banyak orang karena rasa dan teksturnya. Era engkau menggigit kue Putu yang baru matang, maka situ bakal disambut dengan sirkulasi gula merah yang mencair dari dalam kue Putu. Gula merah yang menjadi isian dan mencair ini pun menerobos hingga ke pagar kue maka penyebaran rasa manisnya bisa merata.
Kue yang persis dengan warna hijau ini memperoleh warnanya lewat pewarna hijau alami dari daun suji atau daun pandan, sungguh jangan bingung andaikata engkau bisa mencium aroma pandan dari kue yang dijajakan oleh pedagang dengan gerobak atau kemestian ini. Sedangkan sangat Indonesia, sebaliknya kue ini ternyata berpangkal dari Cina dan putus ada sejak beberapa ratus tahun silam.
Kue Putu original pecah dikenal oleh warga Cina sejak abad ke 16
Sejarah kue Putu tunggal sewajarnya bisa anda temukan di ‘China Silk Museum’. Dari data yang ada di sana, ketahuan bahwa masyarakat Dinasti Ming Semua( abad 13) pecah mempelajari makanan semotif Putu yang biasa disajikan dengan teh longjin. Kue ini awalnya dikenal dengan Xian Roe Xiao Long, jika diterjemahkan Anggaran artinya merupakan kue dari abu biji-bijian yang berbobot kacang hijau.
Kudapan yang berisikan kacang hijau yang digiling halus ini sangat digemari, bahkan kue ini serta kerap dijadikan kudapan oleh penguasa Dinasti Ming kala itu karena teksturnya yang lembut. Terkecuali isinya yang menetapkan kacang hijau, kue Putu Dinasti Ming ini tidak terlalu berbeda dengan kue Putu yang kita kenal sekarang, cara memasaknya pun tidak jauh berbeda menentukan selongsong bambu untuk megukus kue Putu.
Sejarah mencatat kue Putu masuk ke Indonesia setengah tahun 1600-an
Tanda kue _utu di Nusantara semata wayang ternyata terekam dalam suatu bacaan klasik bernama Serat Centhini yang ditulis pada tahun 1814. Dalam skrip Terkandung, pengujaran “kue puthu” ini terjalin sejumlah tahun 1630 di suatu desa bernama Wanamarta, yang diperkirakan berlokasi di Probolinggo, Jawa Timur. Kata puthu satu menampakkan diri saat Ki Bayi Panurta memperjuangkan santrinya mengarang suguhan pagi.
Tidak hanya memperkatakan berbagai macam Blaster, nasi goreng, nasi rames dan ikan betutu, dalam sajian pagi tercatat pula tersebut nama serabi dan puthu kalau salah satu menu yang dihidangkan. Lagi pula kehadiran kue Putu dari jajahan Cina diperkirakan terlaksana retakan tahun 1368 sampai tahun 1600-an
Datang bersama imigran dari daerah Cina dan sejaman dengan kehadiran Laksamana Cheng Ho serta armadanya di Tanah Jawa
Pada masa Tertera, Majapahit yang tengah condong kehadiran orang-orang dari rayon Cina untuk menetap dan berdagang, salah satunya yaitu Laksamana Cheng Ho yang luhur beserta anak buahnya yang singgah untuk beberapa waktu di Nusantara.
Seiring dengan akulturasi yang terlaksana dengan budaya masyarakat, kue dari kawasan Cina ini karenanya diserap oleh masyarakat dan dimodifikasi, salah satu buatan pergantian ini merupakan isian kue Putu itu Singular. Jika di Cina kue Putu menentukan isi kacang hijau, masyarakat Nusantara saat itu menggantinya dengan gula merah, karena gula merah lebih mudah didapatkan dan melimpah ruah pada saat itu.
Suara lengkingan khas kue bukan hanya sebuah penanda tetapi berkaitan dengan cara memasak kue Putu
Salah satu keunikan kue Putu terletak pada cara memasaknya, dikukus atau diuapi. Adonan kue Putu dimasukkan pada sebuah selongsong kayu/bambu/besi yang diletakkan pada sebuah lubang yang di bawahnya berisi air. Air yang mendidih akan berubah menjadi uap panas, uap panas tersebut akan memanaskan adonan kue Putu dalam selongsong.
Nah jika sedang tidak memasak kue Putu, tukang Putu biasanya akan memasangkan alat semacam peluit yang akan tertiup oleh uap air dan mengeluarkan bunyi peluit, cara ini sebenarnya memiliki prinsip yang sama dengan panci presto ketika mengeluarkan bunyi. Selain menjadi sebuah pertanda akan kehadirannya, bunyi ini terkadang juga digunakan sebagai alarm untuk memberitahu pelanggan bahwa kue Putu pesanannya sudah matang.
Jadi begitulah sejarah kue Putu, selain memiliki bunyi yang khas, ternyata kue Putu memiliki cerita yang panjang sebelum akhirnya kita mengenal kue ini sebagai salah satu makanan khas Indonesia. Jika anda ingin menikmati kue ini, paling pas sih sambil ditemani dengan teh hangat atau kopi hangat yang gulanya sedikit, apalagi sambil memandang senja, ahahahaha. Jadi siapa yang mau kue Putu?
Post a Comment